Sabtu, 03 Januari 2015

Belajar dari anak kecil



Mari sejenak kita meminjam karakter ketika masa kecil dulu, begitu menyenangkan apalagi dalam keadaan banyak masalah. Bayangkan saja anak kecil yang menangis sejadi-jadinya ketika tidak mendapatkan keinginannya. Ia akan berhenti menangis ketika keinginannya bisa terpenuhi. 
Bayangkan juga sang anak kecil yang tidak pantang menyerah untuk berjalan meskipun sudah beberapa kali jatuh, ia terus bangkit dan terus berusaha, karena sang anak tersebut tidak tahu rasanya sakit. 
Saya yakin ketika sang anak tahu maka ia akan berhenti berjalan dan memilih untuk merangkak dan terus merangkak, karena merasa nyaman dengan merangkak, maka bisa-bisa si anak tidak akan pernah bisa berjalan hingga dewasa. Namun, sungguh ini tidaklah nyata terjadi, malahan si anak akan terus berjalan hingga bisa. 
Si anak akan mendekati api, mungkin bahkan akan memegangnya karena ia tidak tahu bahwa api itu panas. Si anak juga akan mendekati harimau, yang mungkin dalam anggapannya harimau adalah binatang yang lucu. 
Seorang anak kecil juga akan bekerja dengan totalitas, contohnya ketika menangis, si anak akan menangis sekuatnya, bahkan juga coba perhatikan ketika ia tertawa, maka ia akan tertawa lepas dan begitu sangat bahagia, pernah anda perhatikan? Tidak usah jauh-jauh ketika sang anak masih di play group, TK atau SD, mereka menjadi siswa/i yang sangat semangat, nyatanya ketika guru bertanya maka hampir bisa dipastikan semua murid tunjuk tangan, 1 orang murid menjawab dan salah, ia di tertawakan oleh temannya, ia juga akan tertawa dan ikut merasa bahagia. Tidak merasa sama sekali dipermalukan walau jawaban nya salah. 
Namun, ketika sudah beranjak kelas 5 SD sampai dengan SMA mungkin sangat sedikit murid yang menunjuk tangan, karena takut jawabannya salah, takut malu dan diejek. Sehingga lambat laun kita akan menjadi pasif ketika dewasa, dan tentunya orang pasif akan memperlambat suksesnya.

Untuk itu pinjamlah sesaat karakter di masa kecil kita dulu, kita akan terus berusaha tanpa menyerah dan menikmati setiap kegagalan yang kita dapatkan, karena semakin banyak gagal semakin mendekatkan diri kita untuk sukses. Ini sama halnya ketika sang anak akan berusaha menangis sampai keinginannya terwujud, baru ia akan berhenti. 

Kita takut mencoba, karena banyak tau konsekuensinya. Misalnya kita tau kalau ingin bisnis maka perlu modal besar dan akan bangkrut, kita tau kalau ingin berbicara di depan public maka akan ditertawakan, akan gemetaran dan sering disebut dengan istilah demam panggung sehingga kita urung niat untuk melakukannya, sehingga kita hanya menjadi orang yang terus grogian ketika hendak berbicara karena tidak ingin berlatih.

Jadi yang anda harus lakukan adalah lakukan dan lakukan, persiapkan diri untuk bangkit segera ketika jatuh. Tidak masalah gagal karena sudah pernah mencoba, dari pada tidak pernah mencoba sama sekali sehingga gak pernah gagal. Pilih mana! Atau mungkin anda kalah sebelum berperang, banyak mengeluhnya dan selalu sukses mencari alasan, karena ketahuilah, seorang pemenang akan selalu mencari jalan untuk sukses. 

Jangan pertanyakan "mengapa saya belum sukses?", tapi tanyakanlah "apa yang saya dapat usahakan untuk segera bisa sukses?" 2 pernyataan ini membutuhkan energi yang sama untuk menjawabnya, dalam kata “mengapa” dan “apa”, namun memiliki hasil yang berbeda, yang jika pertanyaan “mengapa” maka kita akan terus sibuk mencari sebab, namun pertanyaan “apa” kita akan sibuk mencari solusi.
Agar kita sepaham, perlu di garis bawahi bukan berarti tidak boleh bertanya mengapa, sah-sah saja jika ingin digunakan untuk batu loncatan agar mempercepat sukses. Namun sejauh makna konsep kata “mengapa” ini hanya sebuah rincian alasan yang tidak bervisi untuk bertindak.

belajarlah dari sang anak anak kecil, karena mereka berani melakukan dan tak pernah takut salah. mereka melakukan sepenuh energi yang mereka miliki, tidak setengah-setengah, menangis dengan keras, tertawa dengan terbahak-bahak. mereka pantang menyerah untuk mendapatkan sesuatu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar